Wednesday, September 07, 2011

Lebaran di Lereng Sindoro-Sumbing


Senja mulai menjelang ketika aku tiba di kota kecil tempat kelahiranku.Suara tongleret terdengar dari pohon pohon pisang yang ada disekitar rumah yang kulalui bersahut sahutan dengan suara petasan dan kembang api ,maklumlah dua hari lagi lebaran datang. Tiap menjelang lebaran aku pasti pulang kampung menemui kedua orang tuaku sambil kangen2an tentunya.

Aku anak bungsu dari lima bersaudara dan akulah anak yang paling dekat dengan ayah ibu karena semua kakak2ku tinggal jauh diluar kota dan jarang pulang.

Maka hanya mereka berdua yang tinggal dirumah saat ini.

Dari jauh sudah kulihat ibu tengah mengamati jalanan di depan rumahku.Ah pasti dia tengah menunggu nunggu kedatanganku.Tiap kali aku bilang akan pulang pasti mereka berdua telah menanti kedatanganku di pintu rumah.

Sudah terbayang dibenakku sayur asam kesukaanku ditambah ikan asin goreng dan tempe kemul kesukaan anak anak ,ah pasti sudah tersedia di meja makan menyambut kedatanganku.Perut terasa keroncongan jadinya,tapi perjalanan yang melelahkan dari kota Semarang tidak terasa lagi begitu ibu mendekapku dipintu pagar.

Ketiga anakku langsung menghambur mencari ayahku kakek mereka.

“Kek kakek kakek “teriak mereka tak sabar.Dari dalam sesosok laki laki tua dengan rambut putih beruban keluar tergopoh gopoh menyambut kedatangan kami.Itulah ayahku walau sudah berusia 80 tahun tapi masih kuat dan gagah.

“Untung kamu datang tidak hujan ,kemarin2 hujan lho Ning “kata ayahku.

Kota kelahiranku terletak dilereng gunung Sindoro dan Sumbing dan hampir sepanjang tahun selalu hujan maka udara dikotaku amat sejuk.

“Ayo sana pada mandi dulu kalau sudah mandi kita makan ,ibu sudah membuat sayur asam kesukaanmu”kata ibu.

“Ady mau tempe kemul ya nek”teriak anakku yang paling besar.”Tentu nenek udah siapkan buat kalian juga pisang goreng karena kebetulan pisang kepok di kebun belakang kita sudah matang kemarin “kata nenek.

Setelah mandi kita semua menyerbu meja makan .”Wah sayur asam ibu memang tak ada duanya,kata mas David suamiku.”Ada jagung,kacang dan buah mlinjo mudanya,kalau di Semarang mana ada sayur asam sekomplit ini”

“Ibu kemarin sampai pesan mlinjo ke Pak Min lho karena buah mlinjo sekarang lagi tidak musim”kata ibu.

“Oh Pak Min yang dulu suka mengambil buah kelengkeng di belakang rumah kita itu ya bu?”kataku.

“Hus kamu itu, bukannya mengambil tapi ikut mencicipi hasil kebun kita “kata ibu sambil tertawa.

Tak terasa tempe kemul satu piring penuh telah ludes dalam sekejap diserbu anak2ku terutama.Tempe kemul ini hanya ada di kota kelahiranku walau sebenarnya hampir sama cara membuatnya yaitu tempe kita kasih tepung yang sudah diberi bumbu lalu digoreng tapi rasanya tetap beda karena aku sering membuatnya di Semarang dan kata suami dan anak2ku lebih enak ini.

Sementara aku membantu ibu mencuci piring di dapur anak2 asyik bermain sulap dengan kakeknya.Ayahku memang senang bermain sulap bahkan peralatan sulapnyapun lumayan komplit.

Kata ibu sejak muda ayah sudah belajar sulap.Dan tentu saja ketiga anakku dibuat terkagum kagum melihatnya,bahkan ketika jam sudah menunjukkan pk 21.00 merekapun masih enggan diajak tidur,baru ketika ayahku berjanji untuk mengajari mereka bermain sulap esok pagi mereka mau menuju kekamar tidur.

Di rumah orang tuaku tidak ada tv yang ada hanya sebuah radio tua kesayangan ayah yang masih sangat jernih suaranya.

Ingin rasanya aku membelikan mereka sebuah tv untuk hiburan di malam hari tapi gaji mas David pas2an sekali untuk hidup di Semarang ,terlebih sejak anak2ku mulai masuk sekolah semua.

Embun pagi masih menghiasi dedaunan ketika kami semua berjalan jalan mengitari alun2 kota.Udara terasa sejuk sekali ,sementara ayah, mas David dan anak2 berjalan mengelilingi alun2 aku dan ibu membeli kue serabi yang ada disekitar alun2.Ibu sengaja membawa telur ayam kampung dari rumah untuk dijadikan serabi telur.

Begitu matang kami makan kue serabi bersama sambil duduk di taman.Wah betul2 nikmat makan serabi diuara pagi begini.Pulang dari jalan2 kami mampir untuk membeli gudeg kesukaan mas David .Gudeg disini dimasak masih menggunakan kayu bakar mungkin itu yang menyebabkan terasa lebih enak sehingga walau rumah penjualnya di dalam kampung tapi yang beli sampai harus antri panjang.

Aku bersama ibu juga membeli kelontongan ketupat yang banyak dijual menjelang lebaran.

Seharian anak2 sibuk belajar sulap dan juga bermain layang2bersama kakeknya sementara aku dan ibu sibuk membuat ketupat dan opor ayam.O, ya dikotaku ini tiap menjelang lebaran para peternak ikan berbondong bondong menjual ikan .Kita dapat menjumpai aneka ikan disini. Ada ikan gurami, sepat mujahir ,nilam ikan mas dsb,maka aku dan ibu tadi pagi tak mau ketinggalan untuk membeli beberapa kilo ikan poni dan mujahir.

Malam takbiran disini sangat meriah dengan pawai obor keliling kota.Anak anak kecuali melihat pawai juga bermain kembang api yang telah disediakan oleh ayahku.

Dan esok paginya ketika lebaran tiba langit dikota kelahiranku ditutupi oleh aneka balon udara.Biasanya tiap desa menaikkan beberapa balon gas besar keangkasa untuk menyemarakkan lebaran.Sedang anak2 kecil kelilng kota naik delman yang disebut dokar disini.

Kini sepuluh tahun telah berlalu …… dan sebentar lagi lebaran menjelang.Aku ada di depan rumah yang sama ,tapi tak ada lagi sosok tua ibuku yang menunggu kedatanganku dan tak ada lagi laki laki tua berambut putih yang mengajak anak2ku bermain sulap.

Mereka semua telah pergi dari sisiku beberapa tahun yang lalu.Dan di sudut rumah diatas meja tua telah dihiasi sebuah tv kecil 14 inc,tapi orang yang ingin kubahagiakan sudah tak sempat melihatnya.

Itulah kenangan yang terindah yang tak mungkin kulupakan sampai kapanpun.

Akhir July 2011

(MM)

No comments:

Post a Comment